Walikota Gunungsitoli, Ir. Lakhomizaro Zebua dihadapan mahasiswa/I baru STIE Pembnas Nias menyampaikan Kuliah Umum dengan judul “MEMBANGUN JIWA KEPEMIMPINAN YANG BERDEDIKASI TINGGI DAN BERKONTRIBUSI DALAM BERKARYA MEMBANGUN BANGSA”.

Bertempat di Aula Cendrawasih, Sabtu 20 Oktober 2018 beliau membagikan beberapa pemikiran dan pandangan tentang prinsip menjadi seorang pemimpin. Setidaknya ada 8 poin yang disampaikan, antara lain:

  1. Meyakini siapapun pasti bisa

Seorang pemimpin harus memiliki jiwa dan semangat optimistik bahwa siapapun mampu dan pasti bisa mencapai target organisasi yang sudah ditetapkan. Jangan menjadi pemimpin yang pesimistik, belum berbuat sudah ada keraguan. Keraguan adalah awal dari kegagalan, sebaliknya keyakinan pasti bisa merupakan awal dari keberhasilan.

  1. Fokus pada tanggungjawab

Seorang pemimpin harus fokus pada tanggung jawab yaitu mencapai visi dan misi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tidak peduli dengan “orang ngomong apa”, namun tetap terbuka untuk menerima masukkan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama. Seorang pemimpin harus mampu memfilter pendapat dan kritik yang tidak objektif dan memiliki muatan kepentingan pribadi atau kelompok. Semua keputusan yang saya ambil akan saya pertanggungjawabkan kepada Tuhan dan kepada masyarakat Kota Gunungsitoli. Contoh kebijakan penggusuran kawasan – kawasan kumuh, dan pemukiman liar, penataan kota, dan penertiban para pedagang pasar, serta program fokus pada tahun 2018 ini, yakni pembangunan kantor pemerintahan sehingga mempengaruhi pendanaan pada pembangunan sektor lain.

  1. Yakin Tuhan itu adil

Keyakinan bahwa ‘Tuhan itu adil”, merupakan kekuatan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan/kebijakan. Dalam praktek birokrasi banyak regulasi – regulasi yang abu – abu, kontradiktif serta belum ada pengaturan yang jelas. Prinsip yang kami pegang, selama keputusan/kebijakan itu untuk kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan pribadi Walikota  maka kami tidak ragu mengambil keputusan/kebijakan.

  1. Memberdayakan orang lain

Keberhasilan seorang pemimpin apabila mampu menciptakan pemimpin – pemimpin baru sebagai penerus kepemimpinan. Prinsip ini mewajibkan seorang pemimpin untuk memberdayakan orang lain. Dalam praktek birokrasi ini disebut “memberdayakan staf”. Pemberdayaan staf memiliki dampak terhadap pencapaian visi dan misi organisasi, sekaligus menjadi instrumen melahirkan pempin – pemimpin baru.

  1. Selalu berusaha mencari solusi

Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan selalu diperhadapkan pada banyak masalah, baik masalah teknis maupun masalah administratif. Masalah ini apabila tidak tertangani akan mempengaruhi pencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus mampu mencari solusi terbaik atas setiap permasalah yang terjadi. Setiap masalah harus cepat diselesaikan dan tidak dibiarkan berlarut – larut, karena pembiaran suatu masalah akan melahirkan masalah baru dengan tingkat kesulitan penyelesaian yang semakin tinggi.

  1. Berpikir keras dan bekerja keras

Seorang pemimpin tidak hanya duduk manis dibelakang meja menikmati fasilitas yang disediakan oleh negara, atau cukup puas dengan kegiatan rutin penyelenggaran pemerintahan. Seorang pemimpin harus berpikir keras dan bekerja keras untuk menciptakan perubahan kearah yang lebih baik. Tekad ini juga kami terapkan kepada seluruh jajaran birokrasi. Saya sering mengatakan kepada para  pejabat dilingkungan pemerintah kota Gunungssitol, bahwa jabatan itu bukan untuk meningkatkan status sosial, melainkan beban dan tanggungjawab untuk berpikir, bekerja dan bekerja keras agar terjadi perubahan terhadap kehidupan masyarakat.

  1. Merasa sibuk, bukan pemimpin yang baik

Pemimpin yang merasa sibuk bukan seorang pemimpin yang baik.  Seorang pemimpin harus mampu membagi waktu dengan baik serta tidak menunda – nunda pekerjaan sehingga mempunyai ruang waktu yang memadai untuk berkomunikasi dan menyapa masyarakatnya serta melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan staf.

  1. Mengenal perangkap yang menghancurkannya

Seorang pemimpin harus mampu mengenali area (perangkap) dalam pekerjaannya yang berpotensi membawa dampak buruk bagi pemimpin, sehingga dengan pengenalan ini pemimpin lebih berhati – hati dalam pengambilan kebijakan serta senantiasa menyesuaikan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

“Disamping prinsip yang dikemukakan diatas seorang pemimpin birokrasi harus memiliki Smart Leadership, yaitu pemimpin yang paham pemerintahan, paham hukum dan paham pengelolaan keuangan. Selain Smart Leadership, seorang  pemimpin juga harus mampu mengimplementasikan konsep  kepemimpinan transformasional yang memiliki kemampuan mempengaruhi, menggerakkan serta membangun sinergi.”, jelas beliau.

Pada penyampaian Kuliah Umum yang dirangkai dengan Temu Ramah dengan Mahasiswa baru STIE Pembnas ini, Walikota Gunungsitoli juga menyerahkan secara langsung bantuan Bea Siswa kepada 10 Orang Mahasiswa berprestasi di Kota Gunungsitoli. HMS

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini