Gunungsitoli (20/05/2024), Pemerintah Kota Gunungsitoli melaksanakan Upacara Hari Kebangkitan Nasional Ke-116 yang bertindak sebagai Pembina Upacara Dandim 0213/Nias Letkol Inf. Torang Parulian Malau, S.IP., M.Sc yang bertempat di halaman Kantor Wali Kota Gunungsitoli , Senin (20/05/2024)
Dalam sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI yang dibacakan oleh Dandim 0213/Nias menyebutkan bahwa “Hari-hari ini kita dihadapkan pada suatu realita yang terpampang terang yakni, kemajuan teknologi yang melesat cepat. Kita sudah memilih bukan hanya ikut serta, tetapi lebih daripada itu, menjadi pemain penting agar dapat menggapai dunia. Hari-hari ini hingga dua dekade ke depan merupakan momen krusial yang akan sangat menentukan langkah kita dalam mewujudkan itu semua.
Refleksi atas pilihan tersebut bisa kita rujuk dengan “berkunjung kembali” kepada gagasan awal menjadikan dan membentuk Indonesia sebagaimana sejarah telah membentuk kebangsaan kita. Sejarah diperlukan bukan karena sensasi politiknya. Juga bukan sebagai sumber keteladanan nilai semata-mata. Tetapi pada percakapan terus menerus tentang kemajuan, kemanusiaan dan kesejahteraan. Keteladanan tidak harus diikatkan pada masa lalu. Namun dapat dikaitkan dengan masa depan, yaitu pada ide-ide yang membuka ruang imajinasi peradaban.
Lebih dari seabad lalu tepatnya pada 20 Mei 1908. Lahirlah organisasi Boedi Oetomo, dimasa itu telah menumbuhkan bibit bagi cita-cita mewujudkan Kemerdekaan Indonesia. Hari berdirinya Boedi Oetomo inilah yang kelak menjadi simbol dari Hari Kebangkitan Nasional yang kita rayakan hari ini. Organisasi Boedi Oetomo bermula dari sejumlah dokter dan calon dokter di Batavia yang berkumpul mendirikan suatu organisasi modern.
Sebelum Boedi Oetomo, adalah Kartini, perempuan dari Kota kecil Jepara yang mewakili lahirnya gagasan kemerdekaan, kebebasan, kesejahteraan, keadilan, persaudaraan dan kemajuan, melalui tulisan-tulisannya yang tersiar ke penjuru dunia. Dialah yang menggodok aspirasi-aspirasi kemajuan di Indonesia untuk pertama kali muncul sejak lebih dari seabad lalu. Di tangannya kemajuan itu dirumuskan, diperinci, dan diperjuangkan, untuk kemudian menjadi milik seluruh bangsa Indonesia. Ia sadar betul bahwa dalam zaman baru yang modern, peralatan paling mumpuni adalah pendidikan. Pendidikan adalah wahana untuk membebaskan manusia, sekaligus membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Bagi Kartini, pendidikan merupakan jalan yang dapat menguak horizon dan peradaban baru bagi kaum Bumiputera. Kartini telah memberikan inspirasi bagi kaum muda “embrio bangsa”, yang perlahan menjadi berkobar dan kemudian dikenal sebagai pergerakan kebangkitan nasional.
Embrio Indonesia lahir dari kemajuan modern dan pencerahan, dari kaum muda berpendidikan yang tidak kehilangan identitas ke-Indonesiaannya. Embrio Indonesia lahir dari keragaman pikiran para “Kaum muda” sebagai “embrio bangsa”. Di tangan kaum muda terdidik inilah cita-cita kemerdekaan dan kebebasan dirumuskan dan diperjuangkan.
Kebangkitan kedua merupakan momen terpenting bagi kita hari ini. Kita harus menatap masa depan dengan penuh optimisme, kepercayaan diri dan keyakinan. Dititik inilah, seluruh potensi sumber daya alam, bonus demografi, potensi transformasi digital kita menjadi modal dasar menuju “Indonesia Emas 2045”.
(Press Release No. 096/ PR-Diskominfo/2024 tanggal 20 Mei 2024)