Tampak wajah-wajah antusias dan penasaran dari sejumlah hadirin yang menyaksikan atraksi-atraksi tari dari sejumlah sanggar seni pada Malam puncak Festival dan Kreatifitas Seni Budaya Kota Gunungsitoli yang diadakan di Taman Ya’ahowu Kota Gunungsitoli, Rabu 13 Februari 2019.

Gerakan-gerakan gemulai dari penari wanita dan hentakan-hentakan tangan dan kaki yang kokoh penuh semangat dan sarat makna tersaji tanpa henti dari awal acara membuat para tamu undangan serta masyarakat yang hadir, enggan untuk beranjak dari tempat mereka.

Festival seni kali ini memang dikemas dalam konsep yang berbeda dari pagelaran seni bulanan yang sebelumnya sudah dilaksanakan. Bila pagelaran seni Kota Gunungsitoli biasanya ditampilkan setiap awal bulan selama satu hari saja, maka pada tahun ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut per tiga bulan. Selain itu, kegiatannya pun lebih beragam. Misalnya saja, kali ini diadakan juga pelatihan menganyam bola nafo kepada para siswa sekolah. Bahan-bahannya diambil dari tumbuhan di pulau Nias, yaitu sejenis pandan yang dikeringkan, biasa disebut sinasa. Bahan alam ini diberi pewarna dan kemudian dianyam dalam bentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan motif-motif khas Nias.

Ada juga pelatihan membuat kerajinan tangan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan seperti tempurung kelapa dan kayu-kayu bekas yang kemudian di olah menjadi barang-barang hiasan dan aksesori. Pada dasarnya masyarakat Nias memiliki tradisi mengolah bahan-bahan dasar yang tersedia di alam menjadi barang produksi yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun seiring dengan pola hidup industri dan kemajuan teknologi, keahlian-keahlian dasar seperti ini pun mulai ditinggalkan dan hanya dipraktekkan dalam komunitas terbatas di wilayah-wilayah tertentu saja.

Ini lah salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Festival dan Kreatifitas Seni Budaya Kota Gunungsitoli pada Tahun 2019. Kembali menghidupkan antusiasme dan kepedulian masyarakat Nias, khususnya generasi muda akan tradisi yang sebenarnya telah mengakar dalam darah dan gen suku Nias. Selain itu, juga dapat memancing kemandirian dalam menghasilkan produk-produk lokal yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi maupun yang memiliki nilai jual sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat melalui pariwisata Kota Gunungitoli.

Pada pelaksanaan puncak Festival dan Kreatifitas Seni dan Budaya pada malam ini, setidaknya ada sekitar belasan atraksi yang ditampilkan. Tidak melulu dari Nias saja, namun juga ada dari daerah-daerah lain seperti etnis Aceh, etnis Minang, etnis Cina, bahkan dari luar negeri seperti Sri Lanka. Kebetulan memang pada malam ini, sejumlah tamu undangan berasal dari luar negeri yang tergabung sebagai peserta Sidang Raya UEM Regional Asia Tahun 2019 yang pelaksanaannya diselenggarakan di Kota Gunungsitoli. Acara menjadi semakin semarak karena para peserta sidang raya yang berasal dari berbagai Negara ini pun tidak luput ambil bagian untuk menampilkan kebudayaan mereka.

Salah satu kelompok penampil yang berasal dari Sri Lanka menampilkan tarian khas daerahnya, menyampaikan rasa terima kasihnya atas pelaksanaan kegiatan ini dan menganggapnya sebagai sebuah malam kebudayaan dimana setiap orang dapat saling belajar tentang keragaman budaya yang ada di dunia ini. Selain itu, ada juga peserta yang berasal dari Hongkong menyampaikan beberapa pengetahuan dalam hal memberikan salam dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek sesuai dengan tradisi Cina kepada para hadirin.

Ada juga Tari Hiwo, tari Fame Afo, tari Zumbila, tari Tuwu, tari etnis Aceh, tari etnis minang, tari Aekhula, tari Lailo Yeu, hingga tari Famadogo Omo yang turut menyemarakkan acara. Penampilan solo hingga berkelompok seperti yang disajikan oleh Tim PKK/DWP Kota Gunungsitoli, dengan menggunakan alat musik tradisional seperti doli-doli dan lagia benar-benar memberi warna tersendiri. Atraksi – atraksi ini disertai dengan narasi yang menjelaskan tentang makna dan nilai yang terkandung di dalam setiap tarian dan dibacakan dalam dua versi bahasa yaitu Indonesia dan Inggris. Hal ini dilakukan agar memberikan informasi yang tepat dan juga sebagai bagian dari strategi untuk melestarikan kesenian dan budaya Nias, tidak hanya dalam bentuk fisiknya saja namun juga dalam hal pemahaman akan kearifan lokalnya.

Wakil Walikota Gunungsitoli, Sowa’a Laoli, SE.,M.Si dalam sambutannya mengharapkan dukungan dari segenap masyarakat dalam menjaga nilai-nilai budaya Nias. “Mari kita menanamkan dan mengajarkan kepada generasi muda kita nilai-nilai luhur dari seni dan budaya yang bisa mengangkat martabat kita sebagai masyarakat Nias” ujarnya. Beliau pun berharap kepada para peserta Sidang Raya UEM yang turut hadir, dapat menyampaikan dan menceritakan tentang keindahan Pulau Nias dan keragaman budaya yang ada di Kota Gunungsitoli sekembalinya mereka ketempat asalnya masing-masing. Dengan demikian, pariwisata Pulau Nias khususnya Kota Gunungsitoli pun semakin dikenal dan semakin mendunia.

Seperti sudah menjadi tradisi, acara pun ditutup dengan maena bersama dimana semua orang larut dalam kebahagian dan persatuan, penuh keragaman dan warna namun menyatu dalam keramahan budaya Nias di Kota Gunungsitoli.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini